Thursday, March 25, 2010

Bendungan Ubrug Siap Diledakkan

Dari Harian Tempo:
Jatiluhur Siaga Satu

Sejumlah opsi penanganan dibahas menyusul debit air waduk Jatiluhur yang semakin meninggi. Salah satunya, meledakkan Bendungan Urug -- salah satu anak bendungan -- di waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Langkah ini dilakukan jika kondisinya memang sudah kritis.

"Curah hujan tak bisa dihentikan. Debit air bertambah cepat. Jika sudah mencapai ambang batas, opsi melepas air ke tempat lain akan dilakukan" kata Wakil Gubernur Dede Jusuf usai rapat koordinasi tehnis penanganan bencana di Gedung Sate Bandung, Kamis (25/3).

Opsi itu dibahas khusus dalam rapat yang dipimpin Dede. Ikut hadir dalam rapat, wakil dari Polda Jabar dan Kodam III Siliwangi, serta pengelola tiga waduk di Jabar yakni Jatiluhur, Cirata, dan Saguling.

Hingga malam ini, debit air Jatiluhur naik lagi setelah sempat turun. Limpahan air dari Sungai Citarum itu sudah merendam sekitar 100 ribu KK di Kabupaten Karawang. Pengeloal tiga bendungan mengaku sudah mencoba menahan limpasan debit airnya dengan hanya membuka satu dari seluruh lubang air yang ada di setiap bendungan. Tiga bendungan sendiri statusnya masih dalam kondisi aman.

GM Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling Eri Prabowo mengatakan, dalam tiga hari terakhir terus terjadi kenaikan tinggi air. Kamis ini ketinggian air di Saguling mencapai 643,98 meter. Eri mengatakan, posisi yang dialami saat ini, mirip dengan kondisi yang terjadi pada 2005 lalu. Saat itu kondisi tinggi muka airnya 640,68 meter. Dari 4 lubang keluar air di bendungan itu, Saguling hanya membuka satu yakni di Free Spillway. “Gate (lainnya) kita tutup dalam rangka menahan limpasan air tetap sedikit,” katanya.

Manajer LK3 Unit Pembangkit Cirata Ajrun mengatakan, di bendungannya terjadi kenaikan debit air signifikan hampir 2 kali lipatnya. Biasanya 350 meter kubik per detik dalam kondisi normal, pada hari ini mencapai 657,57 meter kubik per detik. Gara-gara air melimpah itu, Cirata sudah seminggu ini mengoperasikan semua pembangkitnya. “Non stop 24 jam, sudah seminggu terakhir ini,” katanya.

Ajrun mengaku tak bisa melepas air sembarangan karena resikonya berat. Kondisi terburuk pernah dialami bendungan itu pada hari Minggu (21/3) lalu, saat debit hampir menembus ketinggian muka air yang diijinkan. Pada minggu itu ketinggiannya air mencapai 220,02 meter. Hanya kurang 7 centimeter dari batas ketinggian air aman bendungan itu yakni 220,09 meter. Kondisi ini pernah terjadi pada 2005 lalu. “Waktu itu ketinggian air mencapai 220,07 centimeter, kurang dari 2 centimeter (batas aman),” katanya.

Pada hari Minggu itu Cirata terpaksa melepas air dengan debit 720 meter kubik. Kini bendungan itu menutup hanya membuka lubang airnya pada Free Spilway serta lubang air menuju pembangkit. Seluruhnya Cirata punya 4 lubang air yang masing-masing kapasitasnya 650 meter kubik per detik.

Direktur Utama PT Jasa Tirta II Djendam Gurusinga, mengatakan bendungan Jatiluhur yang dikelolanya memiliki fungsi pembangkit, penyuplai irigasi, sekaligus pengendali banjir. Kini Jatilhuur menutup 2 dari 4 lubang keluar air bendungan itu. Dua lubang yang ditutup itu, saluran Hollow Jet, mampu mengalirkan air masing-masing 300 meter kubik per detik.

Air tetap dibiarkan mengalir lewat Free Spilway dan saluran menuju pembangkit listrik. Hari ini tercatat ketinggian air mencapai 108,41 meter sementara pada elevasi 107 meter air otomatis keluar lewat Free Spilway. Air sempat coba dilepaskan lewat Hollow Jet hanay 5 persen dari kapastasnya. “Pada hari Minggu karean kondisi di hilir mengkhawatirkan, terpaksa kami tutup,” katanya.

Djendam mengatakan, aliran air yang keluar di Jatiluhur kini tergantung dari limpasan air yang dilepas 2 bendungan di atasnya. Dia meminta agar Carita dan Saguling jangan melepaskan air lebih dari 700 meter kubik per detik untuk mencegah banjir itu lebih parah.

No comments: