Walaupun kita sering menceritakan tentang mbah mbah kita yang sudah pikun tapi kita berharap jangan sampai kita diberi pikun:
Suatu hari simbah yang sudah berumur dan tambah tua, kebetulan simbah ini bekas pemimpin besar sehingga masih punya pelayanan pribadi sangat istimewa. Selain memang punya harta, kerabatpun masih banyak.
Pasca pemerintahan Orde Bau, ... simbah serta merta menjadi pikun (tapi tentu buat urusan kewajiban, utang, tanggungjawab ame kentut aje, ... kalo urusan hak sih mane ade nyang pikun? ... gile aje lo masih inget, kan!? ... )
Suatu siang yang terang benderang, sehabis beberapa kali buang air kecil ... simbah menggerutu kesal ... langsung mengangkat telpon mengontak dokter pribadinya sambil bicara dengan nada tinggi: "Hallo Dok, ... pikiran dan perasaan daripada saya selama anem bulan terakhir ini menjadi penuh rasa bersalah, Dok ...".
"Maksud Bapak?" tanya yang di seberang sana sepertinya belum paham maksud customernya
"Saya kok ndak abis pikir ya, Dok ... mengapa setiap kali saya kencing di kamar mandi daripada rumah saya ... ndak peduli pagi, siang ato malam kok itu lampu daripada kamar mandi saya selalu langsung menyala setiap kali saya buka pintunya? Itu kan pemborosan energi listrik PLN ya ndak, Dok?
Hati daripada saya jadi ndak enak Dok, rasanya seperti tambah banyak saja tumpukan dosa saya kepada rakyat darpada Indonesia, Dok. Kita ini kan mestinya ikut memikirkan bagaimana caranya berhemat listrik to?"
"OK, Bapak, ... nanti biar saya ingatkan itu petugas yang nggak becus ngurus kamar mandi Bapak" jawab pak Dokter, sepertinya sekarang sudah paham benar yang dimaksud sang pasien.
Dokter segera memutar nomor telponnya mengontak anaknya yang ngurus simbah dan memberi informasi penting terkait laporan yang barusan dari telepon. Segera setelah menerima pesan penting itu, anaknya langsung teriak memanggil pembantunya: "Bik Yem, ... tolong deh itu cepet diberesin dong .... eyang barusan pipis di kulkas lagi tuh ...!"
No comments:
Post a Comment