Demi waktu yang sedang berjalan dan terus berjalan, tidak bisa ditembus oleh apapun untuk sementara waktu, tidak bisa dikembalikan untuk sementara waktu atau untuk selamanya selama jasad masih tegak berdiri. Einstein belum pernah praktek mengenai hal ini, hanya dari teori teori dan teori yang penuh dengan jika dan jika. Teorinya tentang delatasi waktu, teorinya tentang superspeed yang melebihi kecepatan cahaya, mungkin sama dengan kecepatan gerak malaikat.
Jika bisa bergerak secepat cahaya, secepat malaikat, tentu akan banyak hal baru yang akan bisa disaksikan. Seperti teorinya einstein, tentang delatasi waktu. Kalau kita bisa bergerak dengan kecepatan superspeed secepat cahaya atau secepat geraknya malaikat, banyak hal yang mungkin bisa kita saksikan ataupun kita rasakan, tapi mungkin tidak seekstrim teorinya einstein, tentang perasaan atau lama perjalanan yang tidak setara dengan waktu kita.
Einstein mengatakan jika kita bisa bergerak secepat cahaya, maka menurut perhitungannya dia waktu yang kita tempuh akan berubah. Kita tidak berasa menggunakan waktu atau boros waktu, sedangkan yang ditinggal sudah banyak menggunakan waktu, begitulah gampangnya. Jadi sewaktu kembali lagi ke tempat asalnya orang lain sudah tambah tua, sedangkan yang bergerak dengan kecepatan cahaya hanya sebentar dan masih berusia muda, tapi tidak bisa memanfaatkan waktu.
Apakah sudah ada yang membuktikan tentang gerak secepat kilat ini? Sudah kan nabi Muhammad pernah naik ke langit 7 hanya dalam 1 malam, jika tidak dengan kecepatan malaikat jelas tidak mungkin. Tapi yang dirasakan nabi malah seperti sebaliknya dari teori einstain tersebut, kalau dilihat dari kisah perjalanan Isra dan Mi’raj nabi yang hanya dalam 1 malam saja, tapi serasa ceritanya panjang sekali. Dari perjalanan dari Masjidil Haram yang ada di Mekah, ke Masjidil Aksa yang ada di Palestina, kemudian dilanjutkan ke Langit 7. Dalam semalam ada banyak ceritanya, yang bertemu dengan nabi nabi di masing masing tingkatan langit dan negosiasi dengan sang pencipta alam sampai lima kali untuk menentukan jumlah waktu shalat yang kalau dikonversi ke waktu kita pasti membutuhakan waktu yang lama, paling cepat katakanlah 5 hari. Ini berarti lebih irit waktu, dari pada kita yang menggunakan waktu semalah hanya untuk tidur dan habis.
No comments:
Post a Comment