Pengusaha yang bangkrut dan pailit memang sering terjadi, terutama bila terlalu banyak menggunakan uang bank guna meningkatkan usaha agar makin besar, istilahnya menambah modal usaha.
Menambah modal untuk menaikkan omset sih boleh boleh saja asal menggunakan cara cara yang realistis. Kadang yang suka jadi masalah adalah factor manusianya itu sendiri, keserakahan, ketidak sabaran dan kecerobohan. Faktor fator tersebut banyak sekali menjadi penyebab hancurnya bisnis yang sudah dibina bertahun tahun.
Temanku bangkrut dari bisnis perdagangan barang barang kelontongan yang disebabkan factor factor tersebut diatas, terutama sekali factor kecerobohan, dan tidak sabar. Barang yang dibelinya dengan tempo 2 minggu, kemudian dijual tempo lagi dalam 2 minggu juga, wah ini bisa berbahaya, terutama jika cara pembayaran barang tersebut menggunakan Giro. Otomatis jika terlambat menyetor uang ke bank sejumlah tagihan giro sampai batas waktu yang ditentukan sendiri, bank akan memberikan peringatan kepada pemilik Giro tersebut, dan kalau hal ini berulang sampai 3 kali maka bank akan menutup rekening Giro orang tersebut. Faktor tersebut bisa dikatakan sebagai miss management, yang dalam hal ini adalah management hutang.
Faktor ketidak sabaran juga merupakan penyebab utama hancurnya bisnis, misal saja omset per bulan biasanya sekitar 100 juta rupiah, si pengusaha biasanya merasa ada beberapa kali order dari konsumen yang blank gara gara tidak tersedianya barang karena tidak bisa segera membeli barang tersebut yang disebabkan factor dukungan keuangan yang kurang. Karena tidak didukung dengan system komputerisasi yang sempurna maka pengusaha ini hanya menebak nebak saja, sebenarnya dana yang kurang mungkin hanya 20% saja dari total omset, tapi karena penawaran Bank juga menggiurkan maka pengusaha tersebut meminjam Bank sebesar 100 juta. Karena setelah dijalankan ternyata kebutuhan modal tambahan hanya sekitar 20 juta saja, maka yang selebihnya kemudian dibelikan barang pribadi seperti mobil yang nota bene tidak diperlukan untuk menjalankan usahanya. Sementara perputaran uang dan barang semakin besar, yang terjadi bukannya malah memperbesar untung tapi malah sebaliknya memperbesar utang kepada supplier. Kenapa ini terjadi, yang pertama beban pinjaman bank jadi memberatkan, yang kedua beban karyawan semakin besar karena perlu ditambah dengan adanya sirkulasi barang yang semakin besar pula, yang ketiga biasanya semakin terlena dengan kekayaan barunya yaitu mobil, usaha jadi semakin tidak diperhatikan. Perputaran uang semakin besar, justru resiko barang hilang atau rusak juga akan semakin besar.
Kebangkrutan ini biasanya hanya terjadi dalam hitungan bulan saja, bisa dikatakan memerlukan proses 3 bulan saja. Pada kondisi yang stress menyebabkan pengusaha salah dalam mengambil keputusan, misal dalam mengatasi tagihan supplier. Biasanya karena dibawah tekanan supplier yang minta untuk segera dilunasi, maka si pengusaha ini mengatasi pinjaman supplier dari pinjaman cepat seperti rentenir. Maka jadilah beban pengusaha ini meningkat 3 kali lipat hanya dalam waktu 3 bulan saja, dan apa yang terjadi adalah kebangkrutan total.
Pada artikel selanjutnya akan saya ceritakan tentang bagaimana saya mengatasi pengusaha ini dari lilitan hutang ke supplier dan Bank, yang totalnya mencapai 400 juta rupiah. Apakah bisa menggunakan teori Cause and Effect Diagram?
No comments:
Post a Comment